Minggu, 03 Mei 2009

Mahkota Dewa vs Penyakit Kanker

Cuplik.Com - Dunia tanaman obat kini kedatangan pendatang baru yang lumayan hebat. Mahkota dewa namanya. Ia bisa membuat penderita penyakit ringan macam gatal-gatal, pegal-pegal, atau flu, hingga penyakit berat seperti kanker dan diabetes,merasakan kesembuhan.

Mengetahui khasiat tumbuhan satu ini, mungkin Anda segera berminat menanamnya. Betapa tidak. Tanaman ini ternyata punya khasiat luar biasa. Ia bisa menyembuhkan gangguan kesehatan dari yang ecek-ecek hingga yang nyaris tak ada harapan sembuh. Kalau cuma pegal-pegal, sehari dua hari bakal hilang. Flu? Wah, itu tugas yang juga bisa dibereskan dalam sehari dua hari. Diabetes pun bakal takluk dalam beberapa bulan.

Bagaimana dengan kanker? Meski butuh waktu bulanan, tanaman ini pun sanggup melawannya sampai titik darah penghabisan. Paling tidak itu berdasarkan pengalaman empiris banyak orang, termasuk yang merasa sembuh dari penyakit pada organ hati atau jantung, hipertensi, rematik, serta asam urat.

Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh teh racik terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.

Itulah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Tanaman yang kabarnya berasal dari daratan Papua ini di Jawa Tengah dan Yogyakarta dijuluki makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, karena khasiatnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara, orang-orang dari etnik Cina menamainya pau yang artinya obat pusaka.

Dari alergi hingga kanker
Sebagian orang mungkin pernah sekadar melihatnya, sebagian lagi mendengar namanya pun tidak pernah. Wajar bila selama ini sangat sedikit orang tahu mahkota dewa. Apalagi khasiatnya. Bahkan, di banyak lembaga penelitian yang menangani tumbuhan berkhasiat obat belum ditemukan hasil penelitiannya. Sampai saat ini, setidaknya baru dr. Regina Sumastuti dari Jurusan Farmakologi, Universitas Gadjah Mada yang telah menelitinya. Itu pun masih terbatas pada pengujian terhadap efek antihistamin atau antialergi. Padahal, kalangan keraton Solo dan Yogyakarta telah lama mengenalnya dan memanfaatkannya sebagai tanaman obat. Beruntung, lama-lama manfaat luar biasa ini bocor ke kalangan awam.

Sekarang, tanaman ini seakan turun dari langit sebagai dewa penyelamat orang sakit. Berbagai kesaksian dikemukakan mereka yang telah merasakan khasiatnya. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yang menekuni pengobatan dengan mahkota dewa, ada 26 orang yang mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.

Di antara mereka adalah Tuti Ariestyani Winata, yang setelah menjalani operasi pengangkatan kista di rahim, mengalami kemunduran kondisi tubuh. Badannya kurus, perutnya membuncit seperti sedang hamil tua, jari-jari kakinya menggemuk, tekanan darahnya naik-turun, dan Hb-nya sangat rendah.

Beberapa dokter yang dikunjunginya memberikan diagnosis berbeda. Ada yang mendiagnosisnya menderita kanker hati, sirosis hati, dan ada pula yang menyatakan dia menderita hepatitis kronis. Tak kunjung memperoleh kepastian penyakit yang dideritanya, atas saran Ning, Tuti akhirnya mengonsumsi air rebusan daging buah mahkota dewa. Setelah enam bulan, Tuti merasa sembuh dan kondisi tubuhnya membaik kembali.

Selain Tuti, Diana yang berdomisili di Bekasi menyatakan berhasil sembuh dari penyakit kanker di payudara kanannya setelah menjalani operasi dua kali lagi untuk membersihkan kanker di payudara kirinya. Anna Winata di Bogor dan Retno di Bekasi juga merasakan sehat kembali dari sakit kanker rahim berkat mahkota dewa. Ny. Parlan di Balikpapan pun berhasil menormalkan kadar gula darahnya berkat tumbuhan obat ini. Masih banyak lagi contoh keberhasilan yang lain. Sayangnya, yang tidak berhasil tidak pernah terungkap, sehingga tidak bisa diketahui penyakit apa yang tidak mampu dilawan tanaman berbuah merah menyala ini.

Selama ini daun dan buah mahkota dewa dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, dan eksim. Penyakit tersebut ditandai dengan gejala gatal-gatal, pertanda adanya alergi terhadap agen tertentu yang mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin.

Soal kemampuan melawan penyakit kulit ini Sumastuti sudah membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro menggunakan usus halus marmot, diketahui, memang benar daun dan buah mahkota dewa mempunyai efek antihistamin. Artinya, tanaman tersebut secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal akibat gigitan serangga atau ulat bulu, eksim, dan penyakit lain akibat alergi.

Penelitian lain masih kita tunggu untuk membuktikan khasiat luar biasa seperti yang dirasakan beberapa orang di atas. Namun, cerita dari mulut ke mulut rupanya sudah membuat orang, terutama yang sakit berat dan umumnya hampir putus harapan, percaya. Maka, orang pun mulai beramai-ramai mencari bagian berkhasiat mahkota dewa. Tak sedikit yang mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yang melihat wabah ini sebagai peluang usaha untuk membudidayakan dan mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dengan berbagai bentuk.

Dijadikan teh
Menanam mahkota dewa memang bukan perkara sulit. Tumbuhan, yang bisa hidup baik pada ketinggian 10 - 1.000 m dpl., ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 - 12 bulan. Yang berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat.

Buah inilah bagian yang paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun dan batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yang dimanfaatkan umumnya kulit dan daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau dan yang tua berwarna merah cerah.

Khasiat buah muda dan tua sama saja, jelas Ning. Sayang, senyawa apa yang terkandung dalam bagian-bagian buah, masih belum terungkap secara detil. Cuma, Hutapea dkk. (1999), seperti dikutip Sumastuti, menyatakan, dalam daun dan kulit buah makuto dewo terkandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing memiliki efek antialergi dan antihistamin.

Ning menulis, dalam keadaan segar, kulit dan daging buah muda mahkota dewa terasa sepet-sepet pahit. Sedangkan yang sudah tua sepet-sepet agak manis. Jika dimakan segar akan menimbulkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, bahkan keracunan. Apa penyebabnya, belum diketahui dengan pasti. Karenanya, tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya dalam keadaan segar.

Cangkangnya memiliki rasa sepet-sepet pahit, lebih pahit dari kulit dan daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi langsung karena dapat mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, setelah diolah, bagian ini lebih mujarab ketimbang kulit dan daging buah. Ia dapat mengobati penyakit berat macam kanker payudara, kanker rahim, sakit paru-paru, dan sirosis hati.

Ada alasan mengapa biji mahkota dewa tidak dikonsumsi. Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah dan lidah mati rasa, tambah Ning. Karenanya, bagian ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.

Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yang sering dilakukan adalah dengan menjadikannya teh racik dan ramuan instan.

Bagian lain yang bisa dijadikan obat adalah batang dan daun. Menurut Ning dalam bukunya, batang mahkota dewa secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah syahwat, disentri, alergi, dan tumor. Cara memanfaatkan daun adalah dengan merebus dan meminum airnya.

Jangan kaget. Begitu minum ramuan mahkota dewa, kita segera merasakan serangan kantuk. Efek ini normal. Efek lainnya adalah mabuk. Untuk menghilangkan efek ini dianjurkan untuk minum air lebih banyak. Untuk konsumsi selanjutnya, takaran mahkota dewa perlu dikurangi. Jika masih tetap mabuk, sebaiknya untuk sementara hentikan dulu. Di samping efek buruk tadi ternyata masih ada efek baik-nya. Psst … kadang-kadang kaum pria ada yang libidonya meningkat, bisik Ning.

Menurut Ning, dalam proses menyembuhkan penyakit dalam atau penyakit serius macam kanker rahim, setelah pasien mengonsumsi seduhan mahkota dewa badannya bisa merasakan panas-dingin, bahkan kadang kala mengeluarkan gumpalan darah berbau busuk. Ini merupakan proses pembersihan penyakit, tulis Ning.

Penggunaannya bisa dalam bentuk ramuan tunggal bisa pula ramuan campuran. Pencampuran dengan tumbuhan obat lain dimaksudkan untuk memperkuat khasiatnya dan menetralisir racun. Juga untuk mengurangi rasa tidak enaknya, tutur Ning, yang mengaku sering melayani resep yang ditulis beberapa dokter.

Upaya penyembuhan menggunakan ramuan mahkota dewa, menurut Ning, tidak bisa cepat membuahkan hasil. Pengobatannya perlu dilakukan beberapa kali. Bahkan untuk penyakit berat yang kronis perlu waktu lama. Yang perlu diperhatikan adalah takaran penggunaannya mesti tidak melebihi yang dianjurkan. Kalau takarannya berlebih, pengaruh yang tidak diinginkan bisa muncul.

Mesti diingat, wanita hamil muda dilarang mengonsumsi mahkota dewa. Seperti dikutip Ning, Sumastuti juga telah membuktikan mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sintosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga memperlancar proses persalinan. Ini bisa membahayakan kehamilan yang masih muda.

Yang tak kalah penting, pesan Ning, dalam menggunakan ramuan mahkota dewa kita dianjurkan menyugesti atau menyakinkan diri bahwa ramuan ini manjur, berdoa untuk kesembuhan kita, dan tetap mengunjungi dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatan kita.
sumber : mahkotadewa.com[rsp/fea].

Baca Selengkapnya......

Kamis, 23 April 2009

Kenali Daerah “HotSpot” Anda

Banyak pria dan wanita memiliki sejumlah ‘hot spot’ alias titik atau daerah yang memiliki kepekaan tinggi terhadap rangsangan, dan jika distimulasikan atau diberikan satu ‘action’ akan menghasilkan sensasi atau rangsangan yang kuat, hingga seringkali sampai pada orgasme.

Anda sebaiknya memunculkan anggapan bahwa daerah ‘hot spot’ tersebut sebagai tempat yang sukar untuk dipahami dan bukan menganggapnya sebagai ’spot’ biasa, dimana fungsinya seolah ibarat ‘tombol ajaib’ saja.

Namun ingatlah, bahwa adanya titik-titik ‘peka rangsang’ ini adalah berfungsi sebagai pendukung bagi pasangan suami istri dalam berhubungan intim dan bukannya dipermainkan demi kepuasan seksual yang tak bertanggung jawab dan menyalahi aturan-aturan tertentu.

Berikut ini adalah lima area ‘hot spot’ menurut ahli terapi seks Joel D.Block, Ph.D, dalam bukunya yang berjudul Secrets of Better Sex.
‘Hot Spot’ pada wanita:
1. G-spot
Adalah suatu tempat atau titik kecil di dinding depan vagina, kira-kira sepertiga dari pintu luar vagina (Labium Mayora). Titik atau daerah ini jika distimulasikan, akan memberi rangsangan yang sangat kuat terhadap wanita.

2. U-spot
Tidak seperti G spot, daerah U (kanalis uretra) mendapatkan perhatian yang kecil, sejak ditemukan sebagai sumber sensasi seksual yang dilaporkan pada tahun 1988 oleh seorang profesor fisiologi di Northwestern University Medical School. Kanalis uretra ditemukan di depan dinding vagina, dimana orifisium-nya terletak sekitar satu inci di bawah klitoris, tepatnya di depan lubang vagina. (Jika seorang wanita ingin mencoba menstimulasi daerah di sekitar muara uretranya sendiri, maka daerah tersebut akan terasa sangat sensitif jika kandung kemihnya hampir penuh).

3. Zona AFE
Zona erogen fornik anterior terletak di bagian atas dinding vagina, di atas G-spot dan pangkal saluran vagina. Tempat ini ditemukan oleh seorang seksologi di Kuala Lumpur. Zona AFE biasanya sangat dekat dengan area G-spot.
‘Hot Spot’ Pada Pria:
1. F-spot
Frenulum dapat ditemukan di sisi bawah penis. Ini adalah bagian kulit yang tipis di antara ujung penis sampai awal korpus penis, dimana kulitnya lebih halus dan kencang. Daerah ini sangat sensitif terhadap sentuhan pada sebagian pria. Dalam kenyataannya, banyak pria mencapai orgasme terlalu cepat jika daerah tersebut distimulasi terlalu kuat selama hubungan seksual.
2. R-spot
R adalah daerah raphe, yaitu garis sepanjang bagian tengah skrotum. Kulit pada skrotum sangat sensitif, mirip dengan bibir di sekeliling vagina. Mengintegrasikan frenulum dan skrotum ke dalam siklus respon seksual pria dapat membantu mengalihkan perhatian dan orientasi glans penis yang dimiliki pria. (bun) KapanLagi.com

Baca Selengkapnya......

Minggu, 19 April 2009

Sayuran Pendongkrak Kesuburan Calon Ayah

Meski pria menghasilkan sperma setiap saat, namun jumlah dan kualitasnya tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Untuk menghasilkan sperma yang sehat, konsumsilah bahan makanan yang kaya asam lemak esensial, seperti ikan dan minyak tidak jenuh ganda, vitamin A, B, C, dan E serta mineral seng dan magnesium.

Dari berbagai makanan yang ada, ternyata ada lima jenis makanan yang paling mujarab dalam meningkatkan kesuburan dan kinerja sperma. Apa saja?

Tomat
Tomat kandungan likopen-nya sangat kaya, ini terlihat dari warnanya yang merah cerah akibat kuatnya senyawa alami antioksidan tersebut. Bagi pria yang mengalami defisiensi likopen, tomat merupakan makanan yang WAJIB.

Jambu biji
Jambu biji yang berwarna merah juga menandakan tingginya kandungan likopen (80 mg per buah), selain mengandung antioksidan, jambu juga menyuburkan sperma dan meningkatkan vitalitas pria. Konsumsilah jambu biji merah secara rutin, agar sperma Anda subur.
Semangka 
Semangka mengandung karorenoid yang berguna sebagai antioksidan, serta likopen - setengah bagian semangka terdiri 20 mg likopen. Sehingga selain mencegah penuaan dini dan kanker, semangka juga meningkatkan kesuburan dan meningkatkan gairah seksual pria.
Catatan: Semangka tak dianjurkan bagi penderita lambung lemah, begitu juga pria yang mengalami gangguan prostat.


Kemangi
Kemangi tak hanya mampu menghilangkan bau badan dan bau mulut, tapi juga membantu daya tahan hidup sperma. Daun ini memiliki unsur Arginine yang juga mencegah kemandulan dan menurunkan gula darah.



Daun katuk
Daun ini ternyata tak hanya bermanfaat meningkatkan air susu ibu (ASI) bagi ibu yang melahirkan, tapi juga berguna bagi pria karena mampu menambah kesuburan, mutu dan jumlah spermanya. Daun katuk memiliki tujuh senyawa aktif yang dapat merangsang sintesis hormon steroid, hormon keperkasaan, produksi sperma serta meningkatkan kualitasnya.


Wortel
Selain kaya akan vitamin A, wortel juga merupakan gudang betakaroten yang dapat mencegah terjadinya penimbunan gula darah dan kerak lemak, penyebab impotensi. Senyawa porfirinnya memicu kelenjar pituitari dan menghasilkan hormon testosteron lebih banyak, sehingga gairah seksual pun meningkat.

Wortel mengandung 15 ribu IU betakaroten, sehingga bila dikonsumsi secara teratur dengan hanya dikukus sebentar, akan mampu meningkatkan kesuburan pria. Anda juga bisa mengkonsumsi campuran 3 ons wortel, 1 buah apel dan o,5 kg tauge yang diblender, setiap hari.

Baca Selengkapnya......